Entri Populer

Rabu, 29 September 2010

PROCESS SKILLS

PROCESS SKILLS
oleh : Ajo

BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan pengajaran sains sebagai proses adalah untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa, sehingga siswa bukan hanya mampu dan terampil dalam menghafal, melainkan juga ahli di bidang psikomotorik. Guru tidak mengharapkan setiap siswa akan menjadi ilmuwan, melainkan dapat mengemukakan ide bahwa memahami sains sebagian bergantung pada kemampuan memandang dan bergaul dengan alam menurut cara-cara seperti yang diperbuat oleh ilmuwan. Selain itu, melalui proses belajar mengajar dengan pendekatan keterampilan proses dilakukan dengan keyakinan bahwa sains adalah alat yang potensial untuk membantu mengembangkan kepribadian siswa, di mana kepribadian siswa yang berkembang ini merupakan prasyarat untuk melanjutkan ke jalur profesi apapun yang diminatinya.
Beberapa alasan yang melandasi perlunya diterapkan pendekatan ketrampilan proses sains dalam kegiatan pembelajaran, yaitu: alasan pertama, perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga para guru tidak mungkin lagi mengajarkan semua fakta dan konsep kepada anak didiknya; alasan kedua, sesuai dengan pendapat para ahli psikologi yang mengatakan bahwa anak-anak mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkret, contoh-contoh yang wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, dengan mempraktekkan sendiri upaya penemuan konsep melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik, melalui penanganan benda-benda yang benar nyata; alasan ketiga, penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar seratus persen, penemuannya bersifat relatif. Suatu teori mungkin terbantah dan ditolak setelah orang mendapatkan data baru yang mampu membuktikan kekeliruan teori yang dianut. Muncul lagi teori baru, yang prinsipnya mengandung kebenaran relatif; alasan keempat, dalam proses pembelajaran seharusnya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dari diri anak didik.
Berdasarkan keempat alasan ini dicari cara mengajar-belajar yang sebaik-baiknya dengan melakukan pendekatan yang baru. Pendekatan itu adalah cara belajar siswa aktif yang mengembangkan keterampilan proses. Keterampilan proses ini melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual, dan sosial. Keterampilan proses atau intelektual terlibat dengan melakukan ketrampilan proses peserta didik menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam ketrampilan proses karena mungkin mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Dengan keterampilan proses dimaksudkan agar tercipta interaksi antara sesama anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dengan keterampilan proses.
Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas penulis akan membahas tentang Keterampilan Proses (Process Skills) yang bertujuan untuk menambah wawasan dan uga sebagai tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Fisika.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Proses vs Pendekatan Keterampilan Proses
Dalam checep05 (2008), Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses digunakan dan dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar.
Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa (DEPDIKBUD, dalam Moedjiono, 1992/1993 : 14)
Menurut Semiawan, dkk (Nasution, 2007 : 1.9-1.10) menyatakan bahwa keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan- kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu yang baru.
Dimyati dan Mudjiono (Sumantri, 1998/1999: 113) mengungkapkan bahwa pendekatan keterampilan proses bukanlah tindakan instruksional yang berada diluar jangkauan kemampuan peserta didik. Pendekatan ini justru bermaksud mengembangkan kemampuan- kamapuan yang dimiliki peserta didik.
Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan social yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan-kemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu keterampilan, sedangkan pendekatan keterampilan proses adalah cara memandang anak didik sebagai manusia seutuhnya. Cara memandang ini dijabarkan dalam kegiatan belajar mengajar memperhatikan pengembangan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan. Ketiga unsure itu menyatu dalam satu individu dan terampil dalam bentuk kreatifitas.
Jadi, pendekatan keterampilan proses menekankan pada bagaimana siswa belajar, bagaimana mengelola perolehannya, sehingga dipahami dan dapat dipakai sebagai bekal untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupannya di masyarakat.
Science A Process Approach (SAPA) dan pendekatan keterampilan proses sains (KPS) merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada proses IPA. Namun dalam tujuan dan pelaksanaannya terdapat perbedaan. SAPA (Science A Process Approach) tidak mementingkan konsep. Selain itu SAPA (Science A Process Approach) menuntut pengembangan pendekatan proses secara utuh yaitu metode ilmiah dalam setiap pelaksanaannya, sedangkan jenis-jenis keterampilan proses dalam pendekatan keterampilan proses sains (KPS) dapat dikembangkan secara terpisah-pisah, bergantung metode yang digunakan. Umpamanya dalam metode demonstrasi dapat dikembangkan keterampilan proses tertentu (observasi, interpretasi, komunikasi, dan aplikasi konsep).
B. Jenis-jenis Keterampilan Proses Sains (KPS)
Ilmuwan-ilmuwan yang menemukan sesuatu yang baru, menurut pengamatan, tidak menguasai semua konsep dan fakta dalam suatu bidang ilmu, namun mereka mempunyai kemampuan dasar untuk mengembangkan konsep dan fakta yang terbatas itu, sehingga mereka bias menciptakan dan menemukan sesuatu yang baru.
Dalam Conny (1987) menyatakan kemampuan-kemampuan dasar yang dimaksud tersebut adalah mengobservasi, menghitung, mengukur, mengklasifikasi, mencari hubungan ruang dan waktu, membuat hipotesis, merencanakan penelitian atau eksperimen, mengendalikan verbal, menafsirkan data, membuat kesimpulan sementara, meramalkan, menerapkan, dan mengkomunikasikan.
Dalam Tatang (2010), Here we suggest one possible interpretation of seven of the process skills of science (Harlen and Jelly, 1997):
1. Observing: watching carefully, taking notes, comparing and contrasting
2. Questioning: asking questions about observations; asking questions that can lead to investigations
3. Hypothesizing: providing explanations consistent with available observations
4. Predicting: suggesting an event in the future, based on observations
5. Investigating: planning, conducting, measuring, gathering data, controlling variables
6. Interpreting: synthesizing, drawing conclusions, seeing patterns
7. Communicating: informing others in a variety of means: oral, written, representational
Dalam Nuryani (1995) menyatakan bahwa keterampilan proses terdiri dari sejumlah keterampilan yang satu sama lain sebenarnya tak dapat dipisahkan, masing-masing keterampilan tersebut yaitu:
1. Melakukan pengamatan (observasi)
2. Menafsirkan pengamatan (interpretasi)
3. Mengelompokkan (klasifikasi)
4. Meramalkan (prediksi)
5. Berkomunikasi
6. Berhipotesis
7. Merencanakan percobaan atau penyelidikan
8. Menerapkan konsep atau prinsip
9. Mengajukan pertanyaan
Table 1. Jenis kemampuan dasar beserta indicatornya
No Keterampilan Proses Indikator
1 Mengajukan pertanyaan - Bertanya mengapa, apa dan bagaimana
- Bertanya untuk meminta penjelasan
- Bertanya yang berlatar belakang hipotesis
2 Mengamati - Menemukan fakta yang relevan dan memadai
- Menggunakan sebanyak mungkin indra
3 Menafsirkan/pengamatan - Mencatat setiap pengamatan secara terpisah
- Menghubungkan pengamatan-pengamatan yang terpisah
- Menemukan suatu pola dalam satu seri pengamatan
4 Meramalkan - Dengan menggunakan pola (hubungan) mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati
5 Mengatur alat dan bahan - Menggunakan alat dan bahan untuk melakukan pengamatan langsung
6 Merencanakan penelitian - Menentukan alat, bahan dan sumber yang akan dipakai dalam penelitian
- Menentukan variable
- Menentukan variable yang harus dibuat tetap sama, dan mana yang berubah
- Menentukan apa yang harus diamati, diukur dan ditulis
- Menentukan cara dan langkah kerja
7 Menerapkan konsep - Menentukan bagaimana mengolah pengamatan
- Menggunakan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru
- Menerapkan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang terjadi
8 Berkomunikasi - Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis
- Menjelaskan hasil penelitian
- Mendiskusikan hasil penelitian
- Menggambarkan data dengan grafik, table atau diagram
Sumber: Luthfiyadi (2008)
Khusus untuk keterampilan proses dasar, proses-prosesnya meliputi keterampilan mengobservasi, mengklasifikasi, mengukur, mengkomunikasikan, menginferensi, memprediksi, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta mengenal hubungan-hubungan angka.
1. Keterampilan Mengobservasi
Keterampilan mengobservasi menurut Esler dan Esler (1984) adalah keterampilan yang dikembangkan dengan menggunakan semua indera yang kita miliki untuk mengidentifikasi dan memberikan nama sifat-sifat dari objek atau kejadian. Definisi serupa disampaikan oleh Abruscato (1988) yang menyatakan bahwa mengobservasi artinya menggunakan segenap panca indera untuk memperoleh informasi atau data mengenai benda atau kejadian. (Nasution, 2007: 1.8- 1.9)
2. Keterampilan Mengklasifikasi
Keterampilan mengklasifikasi menurut Esler dan Esler merupakan keterampilan yang dikembangkan melalui latihan-latihan mengkategorikan benda-benda berdasarkan pada sifat-sifat benda tersebut. Menurut Abruscato mengklasifikasi merupakan proses yang digunakan para ilmuan untuk menentukan golongan benda-benda atau kegiatan-kegiatan. (Nasution, 2007: 1.15)
3. Keterampilan Mengukur
Keterampilan mengukur menurut Esler dan Esler dapat dikembangkan melalui kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan satuan-satuan yang cocok dari ukuran panjang, luas, isi, waktu, berat, dan sebagainya. Abruscato menyatakan bahwa mengukur adalah suatu cara yang kita lakukan untuk mengukur observasi. Sedangkan menurut Carin, mengukur adalah membuat observasi kuantitatif dengan membandingkannya terhadap standar yang konvensional atau standar non konvensional. (Nasution, 2007: 1.20)
4. Keterampilan Mengkomunikasikan
Menurut Abruscato (Nasution, 2007: 1.44) mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan yang berhasil dikumpulkan atau menyampaikan hasil penyelidikan. Menurut Esler dan Esler (Nasution, 2007: 1.44) dapat dikembangkan dengan menghimpun informasi dari grafik atau gambar yang menjelaskan benda-benda serta kejadian-kejadian secara rinci.
5. Keterampilan Menginferensi
Keterampilan menginferensi menurut Esler dan Esler dapat dikatakan juga sebagai keterampilan membuat kesimpulan sementara. Menurut Abruscato, menginferensi, menduga atau menyimpulkan secara sementara adalah adalah menggunakan logika untuk membuat kesimpulan dari apa yang di observasi (Nasution, 2007: 1.49)
6. Keterampilan Memprediksi
Memprediksi adalah meramal secara khusus tentang apa yang akan terjadi pada observasi yang akan datang (Abruscato Nasution, 2007: 1.55) atau membuat perkiraan kejadian atau keadaan yang akan datang yang diharapkan akan terjadi (Carin, 1992). Keterampilan memprediksi menurut Esler dan Esler adalah keterampilan memperkirakan kejadian yang akan datang berdasarkan dari kejadian-kejadian yang terjadi sekarang, keterampilan menggunakan grafik untuk menyisipkan dan meramalkan terkaan-terkaan atau dugaan- dugaan. (Nasution, 2007: 1.55)
7. Keterampilan Mengenal Hubungan Ruang dan Waktu
Keterampilan mengenal hubungan ruang dan waktu menurut Esler dan Esler meliputi keterampilan menjelaskan posisi suatu benda terhadap lainnya atau terhadap waktu atau keterampilan megnubah bentuk dan posisi suatu benda setelah beberapa waktu. Sedangkan menurut Abruscato menggunakan hubungan ruang-waktu merupakan keterampilan proses yan gberkaitan dengan penjelasan hubungan tentang ruang dan waktu beserta perubahan waktu.
8. Keterampilan Mengenal Hubungan Bilangan-bilangan
Keterampilan mengenal hubungan bilangan-bilangan menurut Esler dan Esler meliputi kegaitan menemukan hubungan kuantitatif diantara data dan menggunakan garis biangan untuk membuat operasi aritmatika (matematika). Carin mengemukakan bahwa menggunakan angka adalah mengaplikasikan aturan- aturan atau rumus- ruumus matematik untuk menghitung jumlah atau menentukan hubungan dari pengukuran dasar. Menurut Abruscato, menggunakan bilangan merupakan salah satu kemampuan dasar pada keterampilan proses.(Nasution, 2007: 1.61- 1.62).
C. Karakteristik dan Cara Penyusunan Butir Soal KPS
Untuk evaluasi keterampilan proses akan dibahas karakteristik butir soal KPS dan penyusunan butir soal KPS.
1. Karakteristik Butir Soal Keterampilan Proses Sains
Nuryani (1995) menyatakan Karakteristik butir soal KPS akan dibahas secara umum dan secara khusus. Secara umum pembahasan butir soal keterampilan proses lebih ditujukan untuk membedakannya dengan butir soal biasa yang mengukur penguasaan konsep. Secara khusus karakteristik jenis keterampilan proses tertentu akan dibahas dan dibandingkan satu sama lain, sehingga jelas perbedaannya.
a. Karakteristik umum
Secara umum butir soal keterampilan proses dapat dibedakan dari butir soal penguasaan konsep. Butir-butir soal keterampilan proses memiliki beberapa karakteristik.
a) Butir soal keterampilan proses tidak boleh dibebani konsep (nonkonsep burdan). Hal ini diupayakan agar butir soal tersebut tidak rancu dengan pengukuran penguasaan konsepnya. Konsep dijadikan konteks. Konsep yang terlibat harus diyakini oleh penyusun butir soal sudah dipelajari siswa atau tidak asing bagi siswa (dekat dengan keadaan sehari-hari siswa).
b) Butir soal keterampilan proses mengandung sejumlah informasi yang harus diolah oleh responden atau siswa. Informasi dalam butir soal keterampilan proses dapat berupa gambar, diagram, grafik, data dalam tabel atau uraian, atau objek aslinya.
c) Seperti butir soal pada umumnya, aspek yang akan diukur oleh butir soal keterampilan proses harus jelas dan hanya mengandung satu aspek saja, misal interpretasi.
d) Sebaiknya ditampilkan gambar untuk membantu menghadirkan objek.
b. Karakteristik khusus
a) Observasi: harus dari objek atau peristiwa sesungguhnya.
b) Interpretasi: harus menyajikan sejumlah data untuk memperlihatkan pola.
c) Klasifikasi: harus ada kesempatan mencari/menemukan persamaan dan perbedaan, atau diberikan kriteria tertentu untuk melakukan pengelompokan, atau ditentukan jumlah kelompok yang harus terbentuk.
d) Prediksi: harus jelas pola atau kecendrungan untuk dapat mengajukan dugaan atau ramalan.
e) Berkomunikasi: harus ada satu bentuk penyajian tertentu untuk diubah ke bentuk penyajian lainnya, misalnya bentuk uraian ke bentuk bagan atau bentuk tabel ke bentuk grafik.
f) Berhipotesis: dapat merumuskan dugaan atau jawaban sementara, atau menguji pemyataan yang ada dan mengandung hubungan dua variabel atau lebih, biasanya mengandung cara kerja untuk menguji atau membuktikan.
g) Merencanakan percobaan atau penyelidikan: harus memberi kesempatan untuk mengusulkan gagasan berkenaan dengan alat/bahan yang akan digunakan, urutan prosedur yang harus ditempu, menentukan peubah (variabel), mengendalikan peubah.
h) Menerapkan konsep atau prinsip: harus memuat konsep/ prinsip yang akan diterapkan tanpa menyebutkan nama konsepnya.
i) Mengajukan pertanyaan: harus memunculkan sesuatu yang mengherankan, mustahil, tidak biasa atau kontradiktif agar responden atau siswa termotivasi untuk bertanya.
2. Penyusunan Butir Soal Keterampilan Proses Sains
Penyusunan butir soal KPS menuntut penguasaan masing-masing jenis keterampilan prosesnya (termasuk pengembangannya). Pilihlah satu konsep tertentu untuk dijadikan konteks. Dengan mengingat karakteristik jenis keterampilan proses yang akan diukur, sajikan sejumlah informasi yang perlu diolah. Setelah itu disiapkan pertanyaan atau suruhan yang dimaksudkan untuk memperoleh respon atau jawaban yang diharapkan. Tentukan pula bagaimana bentuk respon yang diminta: memberi tanda silang pada huruf a/b/c atau memberi tanda cek dalam kolom yang sesuai, atau menuliskan jawaban singkat 3 buah, atau bentuk lainnya.
Umpamanya akan disusun soal keterampilan observasi tentang bagian-bagian bunga. Berikan satu tangkai bunga sesungguhnya untuk diperiksa (informasi). Sebaiknya dipilih bunga yang kontras dan memiliki bau khas. Ajukan pertanyaan mengenai jumlah kelopak, jumlah dan keadaan daun mahkota bunga, bentuk kepala sari, keadaan kepala putik, dan ciri khas bunga tersebut. Respon diminta dalam bentuk jawaban singkat 5 buah berurutan ke bawah dari a sampai e.
D. Indikator dan Kriteria Pemberian Skor
Sebagaimana butir soal pada umumnya, butir soal keterampilan proses perlu diberi skor dengan cara tertentu. Setiap respon yang benar diberi skor dengan bobot tertentu, umpamanya masing-masing 1 untuk soal observasi di atas yang berarti jumlah skornya 5.
Untuk respon yang lebih kompleks, misalnya membuat pertanyaan, dapat
diberi skor bervariasi berdasarkan tingkat kesulitannya. Umpamanya pertanyaan berlatar-belakang hipotesis diberi skor 3; pertanyaan apa, mengapa, bagaimana diberi skor 2, pertanyaan yang meminta penjelasan diberi skor 1.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam tujuan dan pelaksanaannya terdapat perbedaan. SAPA (Science A Process Approach) tidak mementingkan konsep dan menuntut pengembangan pendekatan proses secara utuh yaitu metode ilmiah dalam setiap pelaksanaannya, sedangkan jenis-jenis keterampilan proses dalam (KPS) dapat dikembangkan secara terpisah-pisah, bergantung metode yang digunakan.
Dalam Nuryani (1995) menyatakan bahwa keterampilan proses terdiri dari sejumlah keterampilan yang satu sama lain sebenarnya tak dapat dipisahkan, masing-masing keterampilan tersebut yaitu: melakukan pengamatan (observasi), menafsirkan pengamatan (interpretasi), mengelompokkan (klasifikasi), meramalkan (prediksi), berkomunikasi, berhipotesis, merencanakan percobaan atau penyelidikan, menerapkan konsep atau prinsip, dan mengajukan pertanyaan.
B. Saran
Bagi semua para pendidik agar menekankan penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam pengajaran IPA. Sudah sewajarnya keterampilan proses menjadi bagian yang tak terpisahkan (milik) guru IPA pada jenjang pendidikan manapun.
DAFTAR PUSTAKA
Checep05, (2008). Pendekatan dan Metode Pembelajaran. http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/. Di akses 21 Maret 2010
Harlen, W., and Jelly, S. (1989/1997). Developing Science in the Primary Classroom. Essex, England: Addison Wesley Longman, Ltd.
Luthfiyadi (2008). Pendekatan Keterampilan Proses. http://www.scribd.com/doc/14825385/KETERAMPILAN-POSES. Di akses 21 Maret 2010
Moedjiono dan Moh. Dimyati. 1992/1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: DEPDIKBUD
Nuryani Y. Rustaman, (1995). Pengembangan Butir Soal Keterampilan. http://onengdalilah.blogspot.com/2009/02/pengembangan-butir-soal-keterampilan.html. Di akses 17 Maret 2010
Russamsi Martomidjojo, (2009). Keterampilan Proses Sains. http://russamsimartomidjojocentre.blogspot.com/2009/05/keterampilan-proses-sains.html. Di akses 17 Maret 2010
Sumantri, Mulyani dan Johar Permana.1998/1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: DEPDIKBUD
Tatang M. Amirin (2010). Pendekatan Keterampilan Proses (PKP): Apa itu? http://tatangmanguny.wordpress.com/2010/02/05/pendekatan-keterampilan-proses-pkp-apa-itu/. Di akses 21 Maret 2010
Wahidin (2008). Keterampilan Proses Dasar pada Pembelajaran IPA. http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/10/27/keterampilan-proses-dasar-pada-pembelajaran-ipa/. Di akses 21 Maret 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar